Senin, 16 Mei 2016


TUGAS TERSTRUKTUR
PERENCANAAN DAN EVALUASI AGRIBISNIS PETERNAKAN
“PERENCANAAN USAHA PUYUH PETELUR"
 







DISUSUN OLEH

IIS ISTICHAROH
D1E013216
KELAS.C











KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2016















I.                   PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Permintaan telur puyuh yang terus meningkat harus dibarengi dengan peningkatan produksi telur puyuh. Beberapa cara dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi telur yaitu dengan cara peningkatan jumlah peternakan telur puyuh, peningkatan bibit, dan perbaikan manajemen di berbagai bidang. Langkah-langkah tersebut dapat menyeimbangkan antara permintaan telur puyuh dengan peningkatan produksi. 
Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan cara yang lebih spesifik yaitu dengan mengetahui permintaan DOQ, daya tetas, fertilitas, telur yang menetas per hari, dan produksi telur per ekor perhari yang akan diakumulasikan menjadi produksi pertahun. Persyaratan tersebut perlu diketahui untuk meninjau lebih jauh mengenai keseimbangan antara permintaan dan produksi, artinya persyaratan tersebut dapat dijadikan patokan untuk mengetahui berapa besar puyuh betina dan jantan yang harus dipelihara untuk mencapai target yang telah ditentukan.

1.2  Deskripsi Usaha
1.2.1        Jenis Puyuh
Puyuh yang akan dipelihara yaitu jenis Cotrunix japonica jenis puyuh ini dianggap memiliki tingkat produksi telur yang tinggi dibanding dengan jenis  puyuh lainnya. Daya tetas dari jenis burung puyuh ini pula dapat mencapai 87% (Bachari dkk, 2006). Puyuh yang dipelihara berumur 6-17 minggu yang sudah berproduksi. Puyuh yang akan dipelihara yaitu puyuh betina dan jantan dengan perbandingan 4:1.
1.2.2        Kandang
Kandang yang dipakai untuk usaha puyuh petelur biasanya yaitu dengan kandang tipe batteray karena kandang ini lebih memudahkan manajemen pemeliharaan, terutama saat pengambilan telur. Setiap kandang dibagi menjadi 8 tingkat dengan dua sekat, jadi jumlah sekatnya yaitu sebanyak 8 sekat dengan populasi tiap sekat yaitu antara 20-32 ekor. Luas sekat yaitu sebesar 60cm x 80cm. 
1.2.3        Pakan
Pakan yang diberikan yaitu berupa konsentrat khusus burung puyuh petelur. Satu hari diberikan 2 kali pagi sekitar pukul 06.00, dan sore sekitar pukul 16.00. Konsumsi perhari yaitu sebesar 24 g (E.U. Ayu dkk, 2010).
1.3  Strategi Pemasaran
1.3.1        Tempat
Dipilih tempat yang memungkinkan untuk menjual hasil produksi telur puyuh, yaitu dapat ditujukan ke berbagai pasar atau agen tentunya di daerah yang ramai yaitu di daerah perkotaan agar peminat banyak.
1.3.2        Promosi
Melakukan promosi dapat berupa leaflet, iklan di media sosial, atau dengan mendatangi beebrapa tempat agen, atau kios penual telur puyuh untuk bekerja sama. Slogan yang unik juga diperlukan untuk menambah daya tarik konsumen misalnya “Telur Puyuh Si kecil bulat yang bikin Sehat”.
1.3.3        Pengemasan
Pengemasan dilakukan dengan memberikan peti yang tersusun dari beebrapa egg tray kardus secara rapi, dengan diberikan merk “Telur Puyuh Si kecil bulat yang bikin Sehat”.
1.3.4        Meningkatkan Kualitas
Kualitas adalah hal utama untuk mempertahankan eksistensi dalam suatu usaha, maka jika pemasaran berhasil kualitas akan terus dijaga bahkan terus ditingkatkan.
1.3.5        Pendistribusian
Dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan transportasi kendaraan bermobil atau bermotor.
1.3.6        Menjalin hubungan baik dengan konsumen
Interaksi antara konsumen dengan produsen harus terjalin baik agar kerjasama terus terjaga. Adanya pemberian hadiah misalnya m  enjelang hari raya jika pasokan tinggi.
1.4  Analisa Pesaing
Daerah Perkotaan khususnya untuk wilayah Purwokerto yag beternak puyuh petelur memang banyak, namun masih belum dapat mencukupi kebutuhan, oleh karena itu, usaha ternak telur puyuh ini baik untuk dilaksanakan.


II.                HASIL  DAN PEMBAHASAN
2.1  Hasil
Telur tetas                   = 420 butir / minggu
Daya fertil 75%           = 100/75 x 420 butir = 560
Telur tetas per hari      = 560/7 = 80 butir
Produksi telur 85%     = 100/85 x 80 butir = 94 ekor betina
Ratio jantan betina      = 1:8 ekor
Jantan                          = 12 ekor
Betina                          = 94 ekor
Telur konsumsi            = 118,5 ton / minggu   = 118.500.000 : 10 g (bobot telur  puyuh)
                                    = 11.850.000 butir
Telur abnormal 2%      = 102/100 x 11.850.000= 12.087.000
HDA   85%                 = 100/85 x 12.087.000            = 13.941.176,47/ 7 hari
                                    = 59.747.899 butir / bulan
Jumlah betina              = 59.747.899/ 30= 1.991.597 ekor

Pakan
Harga pakan                = Rp 6800
FCR                            = 1,8
Jumlah telur konsumsi = 11.850.000 / 7 hari / 100 butir = 16.928,57 kg / hari
Total pakan                             =  FCR x jumlah telur
                                                = 1,8 x 16.928,57
                                                = 30.471,142 kg/ hari / 1.991.597 ekor betina
                                                = 15,2 gr/ hari x 30 hari
                                                = 458,9956 g x 1.991.597
                                                = 914.134.260 g atau 914.134,26 kg/ 30 hari x 6800
                                                = Rp 6.216.112.968
Harga puyuh siap bertelur       = Rp 21.000 x 1.991.597  ekor
                                                = 41.823.537.000
Harga per butir telur                = 41.823.537.000/ 59.747.899 butir / bulan
                                                = Rp700

2.2  Pembahasan  
Pemenuhan telur puyuh dilihat dari banyak faktor antara lain jumlah induk yang dipelihara, daya tetas, jumlah telur rusak, produksi telur yang dihasilkan, dan telur tetas yang harus dipenuhi. Semua hal tersebut didapat hasil produksi telur konsumsi yang layak jual. Pemisalan soal di atas bertujuan untuk menunjukan seberapa banyak induk betina yang harus dipelihara untuk memenuhi kebutuhan telur puyuh sebanyak 118 ton/ minggu. Hal lain yang dihitung yaitu jumlah pakan yang digunakan harga dari satu buah telur puyuh yang dihasilkan dari perhitungan harga induk dibagi dengan jumlah induk yang dipelihara. Perhitungan lain yang dilakukan yaitu dengan melihat konsumsi pakan perhari untuk satu induk puyuh yang didapat dari perkalian FCR dengan jumlah telur dalam satu bulan. kemudian diakumulasi dengan harga pakan perkilogramnya.
Hasil didapat bahwa untuk memenuhi 180 ton/minggu betina yang harus dipeihara yaitu sebanyak 1.991.597 ekor. Jumlah tersebut didapat dari Hen day average atau rata-rata produksi telur betina yaitu 85%. Perhitungan lainnya yaitu jumlah pakan dan harga pakan dihitung dari perkalian FCR yang diasumsikan sebanyak 1,8 dengan jumlah telur yang diproduksi satu hari sebanyak 16.928,57 atau 16.9286 butir didapatlah kebutuhan pakan puyuh per ekor perhari sebanyak 15,2 g. Harga pakan per kilogram yaitu sebesar Rp 6800, maka didapat hasil Rp 6.216.112.968 dalam satu bulan angka ini cukup fantastis karena pakan adalah aspek paling penting dan menghabiskan banyak biaya. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Sari, Sudjarwo dan Prayogi (2014) biaya produksi dalam beternak unggas yang paling tinggi adalah biaya pakan yakni 60-80% dari seluruh komponen biaya produksi yang dikeluarkan. Dari perhitungan di atas didapat hasil final yaitu harga telur per butirnya yang menembus angka sebesar Rp 700 per butir.
2.3  Rencana Pengembangan
Analisis usaha di atas menunjukan biaya yang harus dipenuhi untuk memenuhi 118 ton telur/ minggu. Apabila usaha di atas sukses maka dilakukanlah suatu pengembangan dengan meningkatkan produksi dan penyebarluasan pemasaran.

2.4  Pendanaan
Dana yang dipakai berasal dari pinjaman Bank, atau dengan mengumpulkan dari berbagai investor yang tertarik dengan usaha ini. Usaha ini bukan hanya ilik pribadi melainkan milik satu kelompok yang menanam modal.
III.             KESIMPULAN
3.1  Deskripsi usaha puyuh perlu dicoba karena tingkat permintaan asyarakat tinggi sedangkan pemenuhan pasar belum memenuhi
3.2  Perlu dilakukan peningkatan bibit, pakan, dan manajemen pemeliharaan
3.3  Untuk memenuhi telur sebanya 118 ton / minggu dibutuhkan  induk sebanyak 1.991.597 ekor.
3.4  Total pakan per ekor puyuh yaitu sebanyak 15,2 gr/ hari.
3.5  Biaya untuk pakan puyuh sebanyak 1.991.597 yaitu sebesar Rp 6.216.112.968
3.6  Harga untuk satu butir telur yaitu sebesar Rp 700.


DAFTAR  PUSTAKA
Bachari. Irawati., Roeswandy., dan Agustina Nasution. 2006. “Pemanfaatan Solid Dekanter dan Suplementasi Mineral Zinkum dalam Ransum Terhadap Produksi Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica)”, jurnal agribisnis peternakan. 2 (2): 72-77.
E. U. Ayu Afria., Osfar. Sjofjan., dan Eko. Widodo. 2010. “Effect Of Addition Of Choline Chloride In Feed On Quail (Coturnix Coturnix Japonica) Production Performance”, jurnal peternakan.

Sari, D. T. I., Sudjarwo, E. dan Prayogi, H. 2014. “Pengaruh Penambahan Cacing Tanah (Lumbricusrubellus) Segar Dalam Pakan Terhadap Berat Telur, Haugh Unit (HU), Dan Ketebalan Cangkang Itik Mojosari”. J. Ternak Tropika.Vol. 15 (2): 23-30.