Selasa, 20 Desember 2016
Senin, 16 Mei 2016
TUGAS
TERSTRUKTUR
PERENCANAAN DAN
EVALUASI AGRIBISNIS PETERNAKAN
“PERENCANAAN USAHA PUYUH
PETELUR"
DISUSUN
OLEH
IIS ISTICHAROH
D1E013216
KELAS.C
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2016
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permintaan telur puyuh
yang terus meningkat harus dibarengi dengan peningkatan produksi telur puyuh.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi telur yaitu dengan
cara peningkatan jumlah peternakan telur puyuh, peningkatan bibit, dan
perbaikan manajemen di berbagai bidang. Langkah-langkah tersebut dapat menyeimbangkan
antara permintaan telur puyuh dengan peningkatan produksi.
Peningkatan produksi dapat
dilakukan dengan cara yang lebih spesifik yaitu dengan mengetahui permintaan
DOQ, daya tetas, fertilitas, telur yang menetas per hari, dan produksi telur
per ekor perhari yang akan diakumulasikan menjadi produksi pertahun. Persyaratan
tersebut perlu diketahui untuk meninjau lebih jauh mengenai keseimbangan antara
permintaan dan produksi, artinya persyaratan tersebut dapat dijadikan patokan
untuk mengetahui berapa besar puyuh betina dan jantan yang harus dipelihara
untuk mencapai target yang telah ditentukan.
1.2 Deskripsi Usaha
1.2.1
Jenis Puyuh
Puyuh
yang akan dipelihara yaitu jenis Cotrunix
japonica jenis puyuh ini dianggap memiliki tingkat produksi telur yang
tinggi dibanding dengan jenis puyuh
lainnya. Daya tetas dari jenis burung puyuh ini pula dapat mencapai 87%
(Bachari dkk, 2006). Puyuh yang dipelihara berumur 6-17 minggu yang sudah
berproduksi. Puyuh yang akan dipelihara yaitu puyuh betina dan jantan dengan
perbandingan 4:1.
1.2.2
Kandang
Kandang yang dipakai
untuk usaha puyuh petelur biasanya yaitu dengan kandang tipe batteray karena
kandang ini lebih memudahkan manajemen pemeliharaan, terutama saat pengambilan
telur. Setiap kandang dibagi menjadi 8 tingkat dengan dua sekat, jadi jumlah sekatnya
yaitu sebanyak 8 sekat dengan populasi tiap sekat yaitu antara 20-32 ekor. Luas
sekat yaitu sebesar 60cm x 80cm.
1.2.3
Pakan
Pakan
yang diberikan yaitu berupa konsentrat khusus burung puyuh petelur. Satu hari
diberikan 2 kali pagi sekitar pukul 06.00, dan sore sekitar pukul 16.00.
Konsumsi perhari yaitu sebesar 24 g (E.U. Ayu dkk, 2010).
1.3 Strategi Pemasaran
1.3.1
Tempat
Dipilih
tempat yang memungkinkan untuk menjual hasil produksi telur puyuh, yaitu dapat
ditujukan ke berbagai pasar atau agen tentunya di daerah yang ramai yaitu di
daerah perkotaan agar peminat banyak.
1.3.2
Promosi
Melakukan
promosi dapat berupa leaflet, iklan di media sosial, atau dengan mendatangi
beebrapa tempat agen, atau kios penual telur puyuh untuk bekerja sama. Slogan
yang unik juga diperlukan untuk menambah daya tarik konsumen misalnya “Telur
Puyuh Si kecil bulat yang bikin Sehat”.
1.3.3
Pengemasan
Pengemasan
dilakukan dengan memberikan peti yang tersusun dari beebrapa egg tray kardus
secara rapi, dengan diberikan merk “Telur Puyuh Si kecil bulat yang bikin
Sehat”.
1.3.4
Meningkatkan Kualitas
Kualitas
adalah hal utama untuk mempertahankan eksistensi dalam suatu usaha, maka jika
pemasaran berhasil kualitas akan terus dijaga bahkan terus ditingkatkan.
1.3.5
Pendistribusian
Dapat
dilakukan secara langsung dengan menggunakan transportasi kendaraan bermobil atau
bermotor.
1.3.6
Menjalin hubungan baik dengan konsumen
Interaksi
antara konsumen dengan produsen harus terjalin baik agar kerjasama terus
terjaga. Adanya pemberian hadiah misalnya m enjelang hari raya jika pasokan tinggi.
1.4 Analisa Pesaing
Daerah
Perkotaan khususnya untuk wilayah Purwokerto yag beternak puyuh petelur memang
banyak, namun masih belum dapat mencukupi kebutuhan, oleh karena itu, usaha
ternak telur puyuh ini baik untuk dilaksanakan.
II.
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Hasil
Telur
tetas = 420 butir /
minggu
Daya
fertil 75% = 100/75 x 420 butir
= 560
Telur
tetas per hari = 560/7 = 80 butir
Produksi
telur 85% = 100/85 x 80 butir = 94
ekor betina
Ratio
jantan betina = 1:8 ekor
Jantan
= 12 ekor
Betina
= 94 ekor
Telur
konsumsi = 118,5 ton / minggu = 118.500.000 : 10 g (bobot telur puyuh)
= 11.850.000
butir
Telur
abnormal 2% = 102/100 x 11.850.000=
12.087.000
HDA 85% =
100/85 x 12.087.000 = 13.941.176,47/
7 hari
= 59.747.899
butir / bulan
Jumlah
betina = 59.747.899/ 30=
1.991.597 ekor
Pakan
Harga
pakan = Rp 6800
FCR = 1,8
Jumlah
telur konsumsi = 11.850.000 / 7 hari / 100
butir = 16.928,57 kg / hari
Total
pakan = FCR x jumlah telur
=
1,8 x 16.928,57
=
30.471,142 kg/ hari / 1.991.597 ekor betina
=
15,2 gr/ hari x 30 hari
=
458,9956 g x 1.991.597
=
914.134.260 g atau 914.134,26 kg/ 30 hari x 6800
=
Rp 6.216.112.968
Harga puyuh siap
bertelur = Rp 21.000 x 1.991.597 ekor
=
41.823.537.000
Harga
per butir telur = 41.823.537.000/
59.747.899 butir / bulan
=
Rp700
2.2 Pembahasan
Pemenuhan telur puyuh
dilihat dari banyak faktor antara lain jumlah induk yang dipelihara, daya
tetas, jumlah telur rusak, produksi telur yang dihasilkan, dan telur tetas yang
harus dipenuhi. Semua hal tersebut didapat hasil produksi telur konsumsi yang
layak jual. Pemisalan soal di atas bertujuan untuk menunjukan seberapa banyak
induk betina yang harus dipelihara untuk memenuhi kebutuhan telur puyuh
sebanyak 118 ton/ minggu. Hal lain yang dihitung yaitu jumlah pakan yang
digunakan harga dari satu buah telur puyuh yang dihasilkan dari perhitungan
harga induk dibagi dengan jumlah induk yang dipelihara. Perhitungan lain yang
dilakukan yaitu dengan melihat konsumsi pakan perhari untuk satu induk puyuh
yang didapat dari perkalian FCR dengan jumlah telur dalam satu bulan. kemudian
diakumulasi dengan harga pakan perkilogramnya.
Hasil
didapat bahwa untuk memenuhi 180 ton/minggu betina yang harus dipeihara yaitu
sebanyak 1.991.597 ekor. Jumlah tersebut didapat dari Hen day average atau
rata-rata produksi telur betina yaitu 85%. Perhitungan lainnya yaitu jumlah
pakan dan harga pakan dihitung dari perkalian FCR yang diasumsikan sebanyak 1,8
dengan jumlah telur yang diproduksi satu hari sebanyak 16.928,57 atau 16.9286
butir didapatlah kebutuhan pakan puyuh per ekor perhari sebanyak 15,2 g. Harga
pakan per kilogram yaitu sebesar Rp 6800, maka didapat hasil Rp 6.216.112.968
dalam satu bulan angka ini cukup fantastis karena pakan adalah aspek paling
penting dan menghabiskan banyak biaya. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Sari,
Sudjarwo dan Prayogi (2014) biaya produksi dalam beternak unggas yang paling
tinggi adalah biaya pakan yakni 60-80% dari seluruh komponen biaya produksi
yang dikeluarkan. Dari perhitungan di atas didapat hasil final yaitu harga
telur per butirnya yang menembus angka sebesar Rp 700 per butir.
2.3 Rencana
Pengembangan
Analisis usaha
di atas menunjukan biaya yang harus dipenuhi untuk memenuhi 118 ton telur/
minggu. Apabila usaha di atas sukses maka dilakukanlah suatu pengembangan
dengan meningkatkan produksi dan penyebarluasan pemasaran.
2.4 Pendanaan
Dana yang dipakai
berasal dari pinjaman Bank, atau dengan mengumpulkan dari berbagai investor
yang tertarik dengan usaha ini. Usaha ini bukan hanya ilik pribadi melainkan
milik satu kelompok yang menanam modal.
III.
KESIMPULAN
3.1 Deskripsi
usaha puyuh perlu dicoba karena tingkat permintaan asyarakat tinggi sedangkan
pemenuhan pasar belum memenuhi
3.2 Perlu
dilakukan peningkatan bibit, pakan, dan manajemen pemeliharaan
3.3 Untuk
memenuhi telur sebanya 118 ton / minggu dibutuhkan induk sebanyak 1.991.597 ekor.
3.4 Total
pakan per ekor puyuh yaitu sebanyak 15,2 gr/ hari.
3.5 Biaya
untuk pakan puyuh sebanyak 1.991.597 yaitu sebesar Rp 6.216.112.968
3.6 Harga
untuk satu butir telur yaitu sebesar Rp 700.
DAFTAR PUSTAKA
Bachari.
Irawati., Roeswandy., dan Agustina Nasution. 2006. “Pemanfaatan Solid Dekanter
dan Suplementasi Mineral Zinkum dalam Ransum Terhadap Produksi Burung Puyuh
(Cortunix-cortunix japonica)”, jurnal
agribisnis peternakan. 2 (2): 72-77.
E. U. Ayu Afria.,
Osfar. Sjofjan., dan Eko. Widodo. 2010. “Effect Of Addition Of Choline Chloride In Feed On Quail (Coturnix
Coturnix Japonica) Production Performance”, jurnal peternakan.
Sari,
D. T. I., Sudjarwo, E. dan Prayogi, H. 2014. “Pengaruh Penambahan Cacing Tanah (Lumbricusrubellus)
Segar Dalam Pakan Terhadap Berat Telur, Haugh Unit (HU), Dan Ketebalan Cangkang
Itik Mojosari”. J. Ternak Tropika.Vol. 15 (2): 23-30.
Langganan:
Postingan (Atom)